Kamis, 22 Desember 2016

Berjalan bersama namun tak searah

Masih saja terbersit tentang mu.
Aku seperti kehabisan kata-kata. 
Tak menjelaskan segalanya.

Kadang aku kalah. 
Disaat aku telah berhasil melupakan mu
Tetapi,  rindu telah memenangkan segalanya.

Datang dengan sendirinya.
Dan pergi tanpa memberi kata pamit. 
Begitulah. 
Aku seperti tersiksa untuk melakukannya. 

Mungkin karena aku harus melawan inginku. 
Agar tak begitu mengingat segalanya. 
Bagaimana aku bisa jatuh hati kepadamu. 

Kadang aku sudah melakukan hal-hal yang mungkin bisa mengurangi rasa sesak di dada. 
Menutup mata seolah-olah buta. 
Menutup telinga seolah-olah tuli. 
Menutup mulut seolah-olah bisu.

Aku seperti tak ingin tahu ada apa denganmu.
Menganggapmu tak begitu penting dikehidupanku.
Mungkin apa yang aku lakukan ini dimatamu adalah hal terjahat yang pernah ku lakukan. 

Namun percayalah. 
Aku juga tak ingin larut seperti ini. 
Terlalu lama merasakan pahitnya ketika aku tersadar bahwa aku sedang memiliki rasa yang tak biasa. 
Dan ini adalah hal egois bagiku.
Karena tak sengaja aku ingin memilikimu seutuhnya.

Berharap itu menjadi nyata?
Iya,  aku memang ingin seperti itu. 
Namun ini sudah terlalu jauh. 
Sehingga aku lupa diri. 
Bahwa aku masih bisa bahagia tanpamu. 
Jika hidupku lebih memiliki tujuan yang pasti. 

Akhirnya,  memang aku sudah menemukan tujuanku.
Yang seharusnya ku lakukan saat pertama kali aku telah menyadarinya. 
Lupakan. 
Ikhlaskan. 
Dan.
Serahkan semua kepadaNya tanpa mengharapkan sebuah balasan dariNya.
Biarkan skenarioNya berjalan. 

Dari pada,  aku harus berdiri sendiri. 
Menyaksikan dirimu yang tak pernah berbalik arah kepadaku. 
Walau sedetik saja. 
Aku lebih baik ikut denganmu.
Berjalan bersama namun tak searah.
Dan pada saat itulah yang membuatku harus berpisah dengan mu.
Walau aku akan merasa kehilangan dirimu.
Namun,  aku pergi dengan harapan. 
Aku bisa bernafas dengan lega tanpa adanya beban didalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar